Cintariau.com (CR) - Direktur Pekanbaru Journalist Center (PJC) Drs Wahyudi El Panggabean, MH menjadi narasumber utama pada pelatihan jurnalistik yang digelar secara online, di hadapan para peserta pelatihan dari 17 Provinsi yang disiarkan secara langsung dari Kantor Pekanbaru Journalist Center (PJC) di Pekanbaru, Sabtu (18/11/2023).
Adapun materi yang disampaikan Drs Wahyudi El Panggabean, MH terkait Kode Etik Jurnalistik (KEJ) sekaligus strategi jitu menembus narasumber.
Peserta pelatihan jurnalistik dari 17 provinsi tersebut diantaranya dari Provinsi Jambi, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Papua Barat, Kalimantan Barat.
Kemudian, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nangroe Aceh Darussalam, Lampung, DKI Jakarta, Maluku Utara, Bali dan Provinsi Riau.
Pembicara publik berlisensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) itu dalam pemaparannya mengatakan ada syarat khusus yang harus dipenuhi jika ingin mendapatkan hasil yang benar-benar maksimal dari profesi wartawan.
“Masukilah profesi wartawan ini atas panggilan hati, dan laksanakan dengan tulus dan sepenuh hati. Karena itu adalah kuncinya," kata Drs Wahyudi El Panggabean, MH.
Wahyudi, mengatakan, pada hakekatmya, seorang wartawan adalah pemburu informasi. Seorang pemburu memiliki sepucuk senjata di genggaman yang siap untuk di tembakkan. Pemburu sejati merupakan pemburu yang berani dan jujur dalam bersikap.
Keberanian dan kejujuran wartawan kata penulis buku "Untukmu yang Ingin Menjadi Wartawan Sukses" itu harus berada pada lingkup aturan yang membatasinya.
“Keberanian dan kejujurannya itu tercermin dalam sikapnya yang santun, berniat baik, adil dan profesional. Tidak mentang-mentang diberi wewenang melakukan perburuan informasi lantas, seenaknya ‘menembaki’ buruan,” katanya.
Senjata di tangan berikut pelurunya belum cukup tanpa keahlian dan skil untuk menggunakannya, sebut Hakim Ethik Dewan Kehormatan Perhimpunan Advokat Indonesia (DK-PERADI) Pekanbaru itu.
Jangan sampai terjadi, senjata justeru makan tuan. Pemahaman dan penataan pada kode etik bagi wartawan merupakan hal mutlak dan tidak bisa ditawar-tawar, sehingga kode etik begitu penting.
"Itu adalah pegangan dan batasan moral bagi wartawan dalam melakukan tugas-tugas jurnalistiknya,” imbuh dia.
Menurut pria yang sudah malang melintang di dunia jurnalistik itu, tugas jurnalistik harus dikawal oleh Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Sebab, tanpa itu wartawan akan kehilangan kendali dan gagal dalam menjalankan tugasnya.
Dosen jurnalistik di UIR itu mengatakan, umumnya gangguan yang terjadi dalam tugas-tugas kewartawanan akibat dari ketidakpahaman seorang wartawan terhadap Kode Etik Jurnalistik.
Pemimpin Redaksi media online forumkerakyatan.com berpesan kepada semua peserta pelatihan agar memegang teguh Kode Etik Jurnalistik dalam menjalankan profesi sebagai pemburu berita.
Wartawan harus punya nyali dan bekerja dengan sepenuh hati. Berani seperti singa. Walau ada gajah yang lebih besar dan lebih kuat dan kancil yang lebih cerdik. Namun, Singa tetap menjadi raja hutan.
Hal itu diungkapkannya di hadapan puluhan peserta yang terdiri dari Redaktur, Pemimpin Redaksi, Owner Media dan peserta di luar profesi wartawan turut serta mengikuti pelatihan tersebut.
Trainer berlisensi BNSP itu juga memberikan strategi jitu agar wartawan mampu menembus narasumber. Wartawan profesional harus perpenampilan menarik dan berpakaian rapi saat menjalankan tugas jurnalistik, karena dapat mempengaruhi reaksi narasumber.
“Hampir bisa dipastikan jika anda berpakaian rapi, bersih dan menarik serta memakai wewangian, ini akan mendapat sambutan hangat dari narasumber,” paparnya.
Bagi seorang wartawan, berbicara dengan lembut serta memiliki sopan santun, dapat dipastikan tidak jarang orang yang tidak peka dan senang terhadap kelembutan sikap dan tata bahasa yang di miliki setiap orang.
"Kita harus berpenampilan menarik dan santun. Ini salah satu strategi jitu untuk menembus narasumber,” pungkasnya.